Pada umur sekitar tiga tahun anak kecil memasuki masa yang disebut masa balita. Masa ini benar-benar masa pertumbuhan yang ditandai oleh perkembangan intelektual dan ketrampilan motorik yang pesat.
Kebanyakan anak umur tiga tahun dapat menggunakan sekitar seribu kata dan memahami artinya. Selama dua tahun berikut mereka akan menguasai kosa kata sebanyak dua kali lipat. Dan karena rasa ingin tahunya bertambah, mereka pun makin ingin mengetahui segala sesuatu.
Pada umur tiga tahun kebanyakan anak sudah dapat naik sepeda roda tiga, tetapi masih belajar menggunakan tangannya. Namun pada waktu berumur lima tahun anak ini sudah mahir berjalan, berlari dan melakukan apa saja dengan tangkas.
Inilah masanya anak-anak siap dan bergairah untuk belajar. Terpulang pada orang tualah bagaimana mereka mempertahankan rasa ingin tahu dan ingin bertanya-tanya ini.
Gambaran tentang anak balita
Cara anak mengendarai sepeda roda tiga meunjukkan banyak hal mengenai perkembangan ketrampilan motoriknya selama rentang umur ini. Pada umur tiga tahun anak hampir dipastikan dapat mengendarai sepeda roda tiga. Ia mungkin sudah puas bila duduk di atas sepeda itu, lalu mencoba mengayuh pedal sepedanya.
Mula-mula ia mungkin belum begitu mengerti cara mengayuh sepedanya. Kadang kala ia ingin maju tetapi ternyata sepedanya mundur. Sesaat kemudian ia mengayuh dengan lebih berhati-hati, bangga akan geraknya, bangga akan keberhasilannya menguasai sepeda tadi dan bangga akan kemampuan mengemudinya. Segera ia melihat betapa cepat sepeda itu dapat ia larikan. Jika sampai di tikungan, ia bahkan tdak memperlambat sepedanya – ia membelok secepat mungkin. Jika ada orang yang menghalangi jalannya, ia melaju sedekat mungkin. Jika terpaksa berhenti, ia menunggu sampai saat terakhir, lalu rem ia tekan keras-keras. Ia mengayuh sepeda roda tiganya sekuat tenaga, membelok dengan berani, mengemudi dengan lincah dan berhenti dengan trampil, sambil terus menirukan bunyi “r-r-r-r” motor dan “dit-dit-dit” klakson mobil.
Majunya perkembangan motorik anak balita juga dapat Anda lihat ketika ia makin trampil mengenakan pakaian sendiri. Pada umur tiga tahun anak balita sudah dapat membuka kancing samping pakaiannya, meskipun ia masih belum dapat menutup kancing itu. Ia tak dapat membedakan bagian depan pakaian dari bagian belakangnya. Celananya masih sering terbalik. Ia masih memerlukan bantuan bila mengenakan kemeja, baju hangat dan pakaian lain.
Pada umur empat tahun anak balita sudah dapat mengenakan pakaian sendiri bila mendapat sedikit bantuan dari ibunya. Namun proses berpakaian tersebut mungkin terasa lama sekali. Pada umur ini anak dapat menutup maupun membuka kancing samping serta kancing depan. Ia juga dapat membedakan bagian depan pakaian dari bagian belakangnya serta mengenakan pakaian secara benar.
Perkembangan sosial
Cara dua anak balita bermain bersama anak sebayanya sewaktu mengendarai sepeda roda tiga memperlihatkan perubahan pertumbuhan sosial serta perkembangan motorik. Dua anak umur tiga tahun mungkin sekedar suka berada berdekatan di atas sepeda. Mungkin mereka mencoba bertabrakan meskipun hampir tidak saling bersentuhan sama sekali. Tertawa kecil, tertawa terkikih-kikih sering kali menyertai tabrakan dan sentuhan itu, tetapi jarang terdengar rentetan kata-kata. Salah seorang anak mungkin memutuskan untuk meluncur ke suatu tempat yang dekat karena ia belum dapat mengayuh dan mengemudi secara otomatis. Anak yang lain mungkin akan mengikutinya, namun tidak dengan segera. Ia masih harus berpikir dahulu. Tanggapan sosial itu belum cepat, yakin dan pasti.
Pada ulang tahun kelima kedua anak balita tadi sudah berbeda sama sekali. Mereka hampir tidak pernah “sekedar duduk”. Mereka pasti selalu sibuk dan hampir tidak mempunyai waktu untuk berdiam dari.
Tindakan anak umur lima tahun melakukan sesuatu yang berbahaya seorang diri yang kemudian diikuti oleh anak-anak lain lenyap. Sekarang mereka bermain bersama-sama. Mereka membuat rencana dan membicarakannya, kadang kala disertai perselisihan dan pertengkaran singkat. Segera setelah sebuah gagasan diolah, masing-masing anak mungkin melaksanakannya dengan sedikit perubahan sehingga rencana tersebut menjadi rencananya sendiri. Anak-anak balita yang sudah besar ini telah menjadi makhluk sosial yang memperoleh sensasi karena berada bersama anak lain.
Kenikmatan berteman, gairah yang berasal dari apa yang dilakukan bersama kadang kala begitu menggebu sehingga anak yang telah dilatih buang air ini “lupa” dan pulang dengan celana basah. Dalam daftar prioritas mereka sendiri, anak-anak balita tersebut telah mengutamakan yang lebih penting. Siapa saja dapat tidak mengompol. Namun berada bersama teman, bermain dengan teman – nah, itu merupakan sesuatu yang baru.
Perkembangan bahasa
Satu kemajuan pokok lain yang berkaitan erat dengan perkembangan sosial dalam masa balita ini ialah perkembangan bahasa. Ketika anak berumur kira-kira empat tahun, ibu mengeluh bahwa anaknya cerewet sekali dan tak pernah mau diam.
Kendati demikian, anak balita tidak sekedar mengobrol. Bicaranya mencakup semua bagian bahasa, kalimat yang lebih panjang dan lafal yang jelas. Perkembangan bahasa dan perkembangan sosial saling menunjang. Kadang kala anak balita tentu saja masih juga berkelahi. Jika terpancing marahnya, boleh jadi mereka menggigit dan menyepak. Namun lambat laun mereka belajar menggunakan perkataan untuk menyelesaikan baik pertikaian maupun perselisihannya.
Perkembangan bahasa yang pesat pada anak balita dapat menimbulkan kesulitan bagi orang dewasa. Anak balita tampaknya berbicara terlalu banyak. Mereka sering sekali menyela karena bagi mereka apa yang harus dikatakan masih merupakan sesuatu yang paling penting di dunia Mereka sering berbicara dengan suara terlalu keras. Biasanya setelah berumur kira-kira empat tahun, anak suka mengata-ngatai orang lain dan mencoba-coba untuk menyanyikan lagu yang tidak ada artinya.
Satu ciri lain pada bahasa anak balita yang kadang kala juga menjengkelkan adalah rentetan pertanyaan yang tak kunjung habis. Pertanyaan-pertanyaannya menjadi lebih rumit daripada pertanyaan anak umur tiga tahun ke atas. Pertanyaan Mengapa dan Mengapa begitu makin banyak diajukan semenjak ia mencoba memahami hubungan cara kerja sesuatu dan kegunaannya. (James L. Hymes, Jr. Ed. D.| Yuk-Jadi Orangtua shalih)
Pada umur sekitar tiga tahun anak kecil memasuki masa yang disebut masa balita. Masa ini benar-benar masa pertumbuhan yang ditandai oleh perkembangan intelektual dan ketrampilan motorik yang pesat.
Kebanyakan anak umur tiga tahun dapat menggunakan sekitar seribu kata dan memahami artinya. Selama dua tahun berikut mereka akan menguasai kosa kata sebanyak dua kali lipat. Dan karena rasa ingin tahunya bertambah, mereka pun makin ingin mengetahui segala sesuatu.
Pada umur tiga tahun kebanyakan anak sudah dapat naik sepeda roda tiga, tetapi masih belajar menggunakan tangannya. Namun pada waktu berumur lima tahun anak ini sudah mahir berjalan, berlari dan melakukan apa saja dengan tangkas.
Inilah masanya anak-anak siap dan bergairah untuk belajar. Terpulang pada orang tualah bagaimana mereka mempertahankan rasa ingin tahu dan ingin bertanya-tanya ini.
Gambaran tentang anak balita
Cara anak mengendarai sepeda roda tiga meunjukkan banyak hal mengenai perkembangan ketrampilan motoriknya selama rentang umur ini. Pada umur tiga tahun anak hampir dipastikan dapat mengendarai sepeda roda tiga. Ia mungkin sudah puas bila duduk di atas sepeda itu, lalu mencoba mengayuh pedal sepedanya.
Mula-mula ia mungkin belum begitu mengerti cara mengayuh sepedanya. Kadang kala ia ingin maju tetapi ternyata sepedanya mundur. Sesaat kemudian ia mengayuh dengan lebih berhati-hati, bangga akan geraknya, bangga akan keberhasilannya menguasai sepeda tadi dan bangga akan kemampuan mengemudinya. Segera ia melihat betapa cepat sepeda itu dapat ia larikan. Jika sampai di tikungan, ia bahkan tdak memperlambat sepedanya – ia membelok secepat mungkin. Jika ada orang yang menghalangi jalannya, ia melaju sedekat mungkin. Jika terpaksa berhenti, ia menunggu sampai saat terakhir, lalu rem ia tekan keras-keras. Ia mengayuh sepeda roda tiganya sekuat tenaga, membelok dengan berani, mengemudi dengan lincah dan berhenti dengan trampil, sambil terus menirukan bunyi “r-r-r-r” motor dan “dit-dit-dit” klakson mobil.
Majunya perkembangan motorik anak balita juga dapat Anda lihat ketika ia makin trampil mengenakan pakaian sendiri. Pada umur tiga tahun anak balita sudah dapat membuka kancing samping pakaiannya, meskipun ia masih belum dapat menutup kancing itu. Ia tak dapat membedakan bagian depan pakaian dari bagian belakangnya. Celananya masih sering terbalik. Ia masih memerlukan bantuan bila mengenakan kemeja, baju hangat dan pakaian lain.
Pada umur empat tahun anak balita sudah dapat mengenakan pakaian sendiri bila mendapat sedikit bantuan dari ibunya. Namun proses berpakaian tersebut mungkin terasa lama sekali. Pada umur ini anak dapat menutup maupun membuka kancing samping serta kancing depan. Ia juga dapat membedakan bagian depan pakaian dari bagian belakangnya serta mengenakan pakaian secara benar.
Perkembangan sosial
Cara dua anak balita bermain bersama anak sebayanya sewaktu mengendarai sepeda roda tiga memperlihatkan perubahan pertumbuhan sosial serta perkembangan motorik. Dua anak umur tiga tahun mungkin sekedar suka berada berdekatan di atas sepeda. Mungkin mereka mencoba bertabrakan meskipun hampir tidak saling bersentuhan sama sekali. Tertawa kecil, tertawa terkikih-kikih sering kali menyertai tabrakan dan sentuhan itu, tetapi jarang terdengar rentetan kata-kata. Salah seorang anak mungkin memutuskan untuk meluncur ke suatu tempat yang dekat karena ia belum dapat mengayuh dan mengemudi secara otomatis. Anak yang lain mungkin akan mengikutinya, namun tidak dengan segera. Ia masih harus berpikir dahulu. Tanggapan sosial itu belum cepat, yakin dan pasti.
Pada ulang tahun kelima kedua anak balita tadi sudah berbeda sama sekali. Mereka hampir tidak pernah “sekedar duduk”. Mereka pasti selalu sibuk dan hampir tidak mempunyai waktu untuk berdiam dari.
Tindakan anak umur lima tahun melakukan sesuatu yang berbahaya seorang diri yang kemudian diikuti oleh anak-anak lain lenyap. Sekarang mereka bermain bersama-sama. Mereka membuat rencana dan membicarakannya, kadang kala disertai perselisihan dan pertengkaran singkat. Segera setelah sebuah gagasan diolah, masing-masing anak mungkin melaksanakannya dengan sedikit perubahan sehingga rencana tersebut menjadi rencananya sendiri. Anak-anak balita yang sudah besar ini telah menjadi makhluk sosial yang memperoleh sensasi karena berada bersama anak lain.
Kenikmatan berteman, gairah yang berasal dari apa yang dilakukan bersama kadang kala begitu menggebu sehingga anak yang telah dilatih buang air ini “lupa” dan pulang dengan celana basah. Dalam daftar prioritas mereka sendiri, anak-anak balita tersebut telah mengutamakan yang lebih penting. Siapa saja dapat tidak mengompol. Namun berada bersama teman, bermain dengan teman – nah, itu merupakan sesuatu yang baru.
Perkembangan bahasa
Satu kemajuan pokok lain yang berkaitan erat dengan perkembangan sosial dalam masa balita ini ialah perkembangan bahasa. Ketika anak berumur kira-kira empat tahun, ibu mengeluh bahwa anaknya cerewet sekali dan tak pernah mau diam.
Kendati demikian, anak balita tidak sekedar mengobrol. Bicaranya mencakup semua bagian bahasa, kalimat yang lebih panjang dan lafal yang jelas. Perkembangan bahasa dan perkembangan sosial saling menunjang. Kadang kala anak balita tentu saja masih juga berkelahi. Jika terpancing marahnya, boleh jadi mereka menggigit dan menyepak. Namun lambat laun mereka belajar menggunakan perkataan untuk menyelesaikan baik pertikaian maupun perselisihannya.
Perkembangan bahasa yang pesat pada anak balita dapat menimbulkan kesulitan bagi orang dewasa. Anak balita tampaknya berbicara terlalu banyak. Mereka sering sekali menyela karena bagi mereka apa yang harus dikatakan masih merupakan sesuatu yang paling penting di dunia Mereka sering berbicara dengan suara terlalu keras. Biasanya setelah berumur kira-kira empat tahun, anak suka mengata-ngatai orang lain dan mencoba-coba untuk menyanyikan lagu yang tidak ada artinya.
Satu ciri lain pada bahasa anak balita yang kadang kala juga menjengkelkan adalah rentetan pertanyaan yang tak kunjung habis. Pertanyaan-pertanyaannya menjadi lebih rumit daripada pertanyaan anak umur tiga tahun ke atas. Pertanyaan Mengapa dan Mengapa begitu makin banyak diajukan semenjak ia mencoba memahami hubungan cara kerja sesuatu dan kegunaannya. (James L. Hymes, Jr. Ed. D.| Yuk-Jadi Orangtua shalih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar